Dalam
membicarakan kualitas Sumber Daya Manusia kita akan menenemukan serentetan
permasalahan, yang kadang-kadang dapat menyesatkan. Tidak hanya menyangkut
pemaknaan SDM, tetapi juga menyangkut upaya-uapaya yang harus dilakukan dalam
meningkatkan kualitas SDM tersebut. Permasalahan awal yang harus diselesaikan
adalah menyangkut penggunaan istilah SDM itu sendiri., yang sering dilihat
hanya dari satu aspek tertentu, sehingga menutupi aspek lain.
Disamping
itu, dalam melihat kualitas SDM, aspek etika dan moralitas sering tidak
diperhatikan, sehingga meski SDM telah dipandang berkualitas dalam kinerjanya,
tetapi masih kurang dalam misi pandangan dan tingkah laku etisn dan moral nya.
Akibatnya, ketahahanan mental SDM tidak mampu menghadapi berbagai permasalahan
dalam pekerjaanya atau tidak memperlihatkan tingkah laku etis dalam kehidupan
kesehariaanya.
Apabila
permasalahan diatas telah jelas, maka upaya untuk dapat menutupi kekurangan dan
meningkatkan kualitas SDM yang dirasa paling efektif ialah melalui pendidikan.
Dari SDM demikian pula diharapkan muncul kemajuan dan terobosan-terobosan
konstruktif dalam pembangunan bangsa ini.
Salah satu
hasil inovasi pendidikan yaitu dalam hal model pembelajaran. Maka pemakalah
akan membatasi pembahasan mengenai inovasi pendidikan, dimana di dalam makalah
ini, pemakalah hanya membahas mengenai Inovasi pembelajaran Pkn dengan model
VCT ( Value, Clarification Tehnique ). Yang dimana salah satu ciri paradigma
baru pembelajaran PKn adalah tidak lagi menekankan pada mengajar
tentang PKn, tetapi lebih berorientasi pada membelajarkan PKn atau upaya-upaya
guru untuk ber-PKn.
Pendidikan
Kewarganegaraan (Pkn) merupakan mata pelajaran yang lebih identik dengan
pembentukan sikap dan nilai moral. Berdasarkan observasi pratindakan di salah
satu sekolah negeri yang ada di Palembang, dalam pembelajaran PKn menunjukkan
bahwa hasil belajar yang di capai siswa masih rendah. Selain itu, model
pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi yaitu ceramah, Tanya jawab,
dan penugasan, sehingga kurang aktif dalam dalam pembelajaran dan cenderung
bosan mengikuti pelajaran.
Oleh
karena itu dalam pembelajaran PKn, siswa dibina untuk membiasakan atau melakoni
isi pesan materi PKn. Agar tujuan dapat berjalan dengan baik maka sebagai guru
PKn hendaknya menjadi teladan dalam ber-PKn dengan menunjukkan contoh prilaku
yang diharapkan ditiru dan dilaksanakan siswa dalam kehidupan disekolah dan
kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Dalam
kaitannya dengan pembelajaran PKn penggunaan berbagai macam model pembelajaran
yang tersedia, tentu saja harus disesuaikan dengan karakteristik tujuan
pembelajaran, karakteristik materi, situasi dan lingkungan belajar siswa,
tingkat perkembangan dan kemampuan belajar siswa, waktu dan kebutuhan belajar
bagi siswa itu sendiri. Dalam PKn dikenal suatu model pembelajaran yaitu, VCT.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang lebih identik
dengan pembentukan sikap dan nilai moral. Berdasarkan pembahasan di atas maka
pemakalah akan membahas tentang Inovasi pembelajaran Pkn dgn model VCT ( Value,
Clarification Tehnique ).
Pengertian
Model Pembelajaran VCT
VCT
adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat memenuhi tujuan pancapaian
pendidikan nilai. Djahiri (1979: 115) mengemukakan bahwa Value
Clarification Technique, merupakan sebuah cara bagaimana menanamkan dan
menggali/ mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri peserta didik. Karena
itu, pada prosesnya VCT berfungsi untuk: a) mengukur atau
mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai; b) membina
kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun
yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya; c) menanamkan
suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa sebagai
milik pribadinya. Dengan kata lain, Djahiri (1979: 116) menyimpulkan bahwa VCT
dimaksudkan untuk “melatih dan membina siswa tentang bagaimana cara menilai,
mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum untuk kemudian dilaksanakannya
sebagai warga masyarakat”.
Teknik
mengklarifikasi nilai (value clarification technique)atau sering
disingkat VCT dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa
dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi
suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam
dalam diri siswa.
Mengapa
perlu pembelajaran VCT ?
Pola
pembelajaran VCT menurut A. Kosasih Djahiri (1992), dianggap unggul untuk
pembelajaran afektif karena; pertama, mampu membina dan mempribadikan nilai dan
moral; kedua, mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan materi
yang disampaikan; ketiga mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral
diri siswa dan nilai moral dalam kehidupan nyata; keempat, mampu mengundang,
melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi
afektualnya; kelima, mampu memberikan pengalaman belajar dalam berbagai
kehidupan; keenam, mampu menangkal, meniadakan mengintervensi dan
menyubversi berbagai nilai moral naif yang ada dalam sistem nilai dan moral
yang ada dalam diri seseorang; ketujuh, menuntun dan memotivasi untuk hidup
layak dan bermoral tinggi.
Tujuan
model VCT sebagai suatu model dalam strategi pembelajaran moral
VCT sebagai suatu model dalam
strategi pembelajaran moral bertujuan (1) Untuk mengukur atau mengetahui
tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai. (2) Membina kesadaran siswa
tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik tingkatannya maupun sifatnya (positif
dan negatifnya) untuk kemudian dibina ke arah peningkatan dan pembetulannya.
(3) Untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui cara yang
rasional dan diterima siswa, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi
milik siswa. (4) Melatih siswa bagaimana cara menilai, menerima, serta
mengambil keputusan terhadap sesuatu persoalan dalam hubungannya dengan
kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Pembelajaran
VCT menurut A. Kosasih Djahiri (1992), dianggap unggul untuk pembelajaran
afektif karena; pertama, mampu membina dan mempribadikan nilai dan moral;
kedua, mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan materi yang
disampaikan; ketiga mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri
siswa dan nilai moral dalam kehidupan nyata; keempat, mampu mengundang,
melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi
afektualnya; kelima, mampu memberikan pengalaman belajar dalam berbagai
kehidupan; keenam, mampu menangkal, meniadakan mengintervensi dan menyubversi
berbagai nilai moral naif yang ada dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam
diri seseorang; ketujuh, menuntun dan memotivasi untuk hidup layak dan bermoral
tinggi.
Hal yang
harus diperhatikan guru dalam mengimplementasikan VCT
VCT
menekankan bagaimana sebenarnya seseorang membangun nilai yang menurut
anggapannya baik, yang pada gilirannya nilai-nilai tersebut akan mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehai-hari di masyarakat. Dalam praktik
pembelajaran, VCT dikembangkan melalui proses dialog antara guru dan siswa.
Proses tersebut hendaknya berlangsung dalam suasana santai dan terbuka,
Sehingga setiap siswa dapat mengungkapkan secara bebas perasaannya.
Beberapa
hal yang harus diperhatikan guru dalam mengimplementasikan VCT melalui proses
dialog yaitu :
- Hindari penyampaian pesan melalui proses pemberian nasihat, yaitu memberikan pesan-pesan moral yang menurut guru dianggap baik.
- Jangan memaksa siswa untuk memberi respons tertentu apabila memang siswa tidak menghendakinya.
- Usahakan dialog dilaksanakan secara bebas dan terbuka, Sehingga siswa akan mengungkapkan perasaannya secara jujur dan apa adanya.
- Dialog dilaksanakan kepada individu, bukan kepada kelompok kelas.
- Hindari respons yang dapat menyebabkan siswa terpojok, Sehingga ia menjadi defensif.
- Tidak mendesak siswa pada pendirian tertentu.
- Jangan mengorek alasan siswa lebih dalam.
Sistem
pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan model pembelajaran VCT
Sistem
pendukung adalah penunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar
di kelas. Sistem pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan model
pembelajaran VCT adalah sebagai berikut.
1. Tersedianya
perpustakaan yang dapat mendukung proses pembelajaran.
2. Adanya
sumber belajaran yang lain dan narasumber yang dapat dimanfaakan oleh siswa
Langkah
Model Pembelajaran VCT
John
Jarolimek (1974) menjelaskan langkah pembelajaran dengan Value clarification
technique (VCT) dalam 7 tahap yang dibagi ke dalam 3 tingkat, setiap
tahapan dijelaskan sebagai berikut.
1.
Kebebasan Memilih, Pada tingkat ini terdapat 3 tahap, yaitu: (1) Memilih
secara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan pilihan yang menurutnya baik.
Nilai yang dipaksakan tidak akan menjadi miliknya secara penuh; (2) Memilih
dari beberapa alternatif. Artinya, untuk menentukan pilihan dari beberapa
alternatif pilihan secara bebas; (3) Memilih setelah dilakukan analisis
pertimbangan konsekuensi yang akan timbul sebagai akibat pilihannya.
2. Menghargai, Terdiri
atas 2 tahap pembelajaran, yaitu; (1) Adanya perasaan senang dan bangga dengan
nilai yang menjadi pilihannya, sehingga nilai tersebut akan menjadi bagian dari
dirinya; (2) Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya di
depan umum. Artinya, bila kita menggagap nilai itu suatu pilihan, maka kita
akan berani dengan penuh kesadaran untuk menunjukkannya di depan orang lain.
3.
Berbuat, Pada tahap ini, terdiri atas 2 tahap, yaitu; (1) Kemauan dan
kemampuan untuk mencoba melaksanakannya (2) Mengulangi perilaku sesuai dengan
nilai pilihannya. Artinya, nilai yang menjadi pilihan itu harus tercermin dalam
kehidupannya sehari-hari.
Metode
yang digunakan pada model pembelajaran VCT
- Diskusi
Metode
ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman
diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan,
kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling
beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah
yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti:
penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, dan lain-lain.
a.
Curah Pendapat (Brain
Storming)
Metode
curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan,
pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda
dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung,
dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada
penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi.
Tujuan
curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi,
pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan
peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk
menjadi pembelajaran bersama.
b.
Bermain Peran (Role-Play)
Bermain
peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang
ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam
kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta
memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan
masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/ alternatif
pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan
terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan
pemain dalam melakukan permainan peran.
- Wawancara
Menurut
Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan
sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara
tatap muka.
Pendekatan
yang digunakan pada model pembelajaran VCT
Pendekatan
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Pendekatan yang digunakan dalam Model Pembelajaran VCT
adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan
Kualitatif
Pendekatan
yang secara primer menggunakan paradigma pengetahuan berdasarkan
pandangan konstruktivist (pengalaman individu atau pandangan
advokasi). Ada tiga strategi yang digunakan dalam pendekatan ini yakni:
1.
Penelitian entografi adalah suatu bentuk penelitian yang
berfokus pada makna sosiologis melalui observasi lapangan tertutup dari
fenomena sosiokultural (Emzir,2007:143). Prinsip dalam penelitian entografi
adalah naturalism, pemahaman, dan penemuan;
2.
Penelitian grounded theory (teori dasar) adalah teori umum
dari metode ilmiah yang berurusan dengan generalisasi, elaborasi, dan validasi
dari teori ilmu sosial (Glaser dan Strauss dalam Emzir.2007:193). Prinsip
dalam grounded theory sebagai metode ilmiah sebagai berikut:
perumusan masalah, deteksi fenomena, penurunan teori, pengembangan teori,
penilaian teori;
3.
Penelitian tindakan (action research) adalah suatu penelitian
informal, kualitatif, formatif, subjektif, interpretif, reflektif dan suatu
model penelitian pengalaman, di mana semua individu diibaratkan dalam studi
sebagai peserta yang mengetahui dan menyokong (Hopkin dalam Emzir,2007:233).
Kelemahan
model pembelajaran VCT
Kelemahan
yang sering terjadi dalam proses pembelajaran nilai atau sikap adalah proses
pembelajaran dilakukan secara langsung oleh guru, artinya guru menanamkan
nilai-nilai yang dianggapnya baik tanpa memerhatikan nilai yang sudah tertanam
dalam diri siswa. Akibatnya, sering terjadi benturan atau konflik dalam diri
siswa karena ketidakcocokan antara nilai lama yang sudah terbentuk dengan nilai
baru yang ditanamkan oleh guru. Siswa sering mengalami kesulitan dalam
menyelaraskan nilai lama dan nilai baru. Salah satu karakteristik VCT sebagai
suatu model dalam strategi pembelajaran sikap adalah proses penanaman nilai
dilakukan melalui proses analisis nilai yang sudah ada sebelumnya dalam diri
siswa kemudian menyelaraskannya dengan nilai-nilai baru yang hendak ditanamkan.
Kesimpulan
Dengan
model pembelajaran VCT, akan mudah mengungkap sikap, nilai dan moral siswa
terhadap suatu kasus yang disajikan oleh guru. Tentu saja harus dibekali dengan
kemampuan guru dalam menguasai keterampilan dan teknik dasar mengajar dengan
baik. Sikap demokratis, ramah, hangat dan nuansa kekeluargaan yang akrab
diperlukan, sehingga siswa berani berpendapat dan beda pendapat dengan guru
maupun dengan siswa lain. Sedangkan untuk evaluasi guru dapat melakukan
evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar. Pada evaluasi proses dapat
dilakukan dengan melakukan pengamatan jalannya diskusi, sikap dan aktivitas
siswa maupun proses pembelajaran secara menyeluruh dan evaluasi hasil dapat
dilihat dari hasil tes. Dan memberikan pujian kepada siswa yang mampu
berpendapat sekalipun kepada siswa yang berpendapat belum lengkap secara
variatif.
DAFTAR PUSTAKA
goooddddddd
ReplyDeletebagus dan berani......
ReplyDeleteakan lebih bagus kalau kamu buat tanggapan mu sendiri terhadap vct itu dalam implemntasinya.
tapi bagussss kok, untuk pembaca kreatif
Free casino online free money【VIP】xn poker
ReplyDeletecasino online free money,【WG98.vip】⚡,xn poker happyluke bonus codes,online slots machine,casino free cash,slots クイーンカジノ live,nba playoffs free play,top 10 best free casino 우리카지노 계열사